Sang Badai dari Jombang

The Storm, Suzuki A-100 Racer hasil kostumisasi GDZH Costum Cycle, Jombang. [Foto-foto: desakotaku via pipeburn]
Sedianya kedatangan David ke bengkel Dana di kawasan Sengon, Jombang, semata menengok motornya yang sedang direstorasi. Namun, ketika ia melihat-lihat sejumlah karya Dana yang sudah selesai, iapun tergoda. Setelah bicara lama dengan Dana dan krunya, iapun membuat keputusan mengejutkan: Untuk sementara, pengerjaan restorasi yang sudah tahap pemberian cat dasar itu dihentikan dulu. Ia ingin memastikan keputusan terbaik apa yang harus ia ambil pada motor lawasnya itu. 

Dan ia memutuskan untuk merombak total Suzuki A-100 itu. Format café racer menjadi pilihannya. Dana pun tak bisa apa-apa. Ia hanya bisa mengajak David untuk bersama-sama berselancar di dunia maya. Café racer seperti apa yang akan menjadi pilihan. 

“Saya ingin sebuah motor yang ringkas dan mampu meluncur seperti peluru,” kenangnya. Selebihnya, ia serahkan kepada Dana. 

Setelah kembali berdiskusi dan mengumpulkan berbagai data, Dana pun mencoba menerjemahkan gagasan David tersebut. Sebuah sket ia buat, dan ketika disodorkan kepada David, kliennya langsung mengangguk dan memintanya segera dieksekusi. 

Tak jelas, berapa lama modifikasi radikal itu dilakukan Dana. Hanya, hasilnya benar-benar menakjubkan. Tak kurang dari pipeburn, sebuah situs motor kostum yang bermarkas di Sydney, menyempatkan diri menyambangi Jombang. Meliput karya GDZH Custom Cycle itu. Sebuah artikel provokatif mereka tulis di situsnya. 

Dan, karya Gondez, panggilan akrab Dana, itu memang membuat kita berdecak-decak. Konsep meluncur bak peluru yang diinginkan David mampu diterjemahkan Dana dengan akurat. Racer itu tak hanya kelihatan ramping sekaligus berotot, retro sekaligus modern, tapi benar-benar sebuah karya seni. 


Salah satu hal yang mencolok dari racer ini adalah tangkinya yang lebih agresif dari bawaan A100 keluaran 1972. Kemudian, lampu depan bulat kecil itu. Dua pasang lampu sein LED, tak hanya membuatnya bisa melenggang di jalan dengan aman. Tapi juga memberi sentuhan modern, bahkan sedikit futuristik. 



Dengan setang model club man, plus jok warna kulit asli yang tampak mewah, membuat motor modif ini benar-benar mencolok. Terlebih, di sektor kaki-kaki, Dana memasang ban slick yang lebih sering dipakai sepeda motor balap. 


Mundur ke bagian tengah, bentuk mesin yang agak ganjil jadi pusat perhatian. Bentuk silindernya unik dan jarang dipakai motor-motor pada umumnya. Terlebih, seperti dikatakan Dana, silinder mesin yang sebenarnya tak lebih dari 100CC itu ia datangkan dari Italia. Ia memilih Parilla. Posisi karburator pun ia ubah ke samping blok mesin. Digenapi sebuah knalpot keong yang melingkar anggun, semuanya membuat motor ini benar-benar istimewa. 



Sementara, pada tutup aki, tertera identitas karya Dana ini: Storm. Sang Badai! Dan itu tak berlebihan. Selain dari penampilannya, kinerja mesin pun bisa diuji. Walau, suara yang ditimbulkannya bisa membuat tetangga mendelik. 


Di bagian buritan, warna retro dan café racer kembali ditegaskan Dana. Walau, diakui Dana, bagian buritan ini menjadi bagian tersulit dari proyek modifikasi yang dipercayakan David kepadanya. “Konsep peluru harus saya terjemahkan secara cermat, sehingga antara fungsi dan estetika bisa sejalan,” kata dia. 


Dengan cat kombinasi putih dan abu bernuansa kecoklatan, upaya Dana itu telah membuahkan hasil optimal. Badai yang meluncur dari Jombang!


No comments

Powered by Blogger.